RSS

Kembali Ke Bumi Arema




Perjuangan tim Garuda Indonesia kemarin malam belum bisa membawa piala AFF singgah di Indonesia, kemenangan atas Malaysia 2-1 masih belum cukup untuk menjadikan Indonesia Juara AFF 2010, dengan sangat berat Piala AFF diserahkan kepada negara tetangga kita. Kekalahan memang menyesakkan. Pedih dan pahit. Hingga tangis dan airmata tak terasa mengalir. kekalahan itu bukan berarti kita pecundang kawan.Menang kalah sudah biasa semua pasti pernah merasakan.

Tegakkan kepala kalian, jangan larut dalam kesedihan waktunya kita pulang kembali ke bumi Arema. sekarang waktunya kita untuk beraksi, kembali menjadi Aremania sejati.

kemarin Kita bernyanyi

" Garuda di dadaku Garuda kebanggaanku,ku yakin hari ini pasti menang "

" kobarkan semangatmu tunjukkan sportifitasmu,ku yakin hari ini pasti menang "

tp sekarang waktunya menyanyikan

" Kami Arema, salam satu jiwa"

" di Indonesia, kan slalu ada "

" slalu bersama, untuk kemenangan"

" Kami Arema"

waktunya kita kembali padati Kanjuruhan, dampingi papa njanka dkk, bernyanyi dan beratraksi. Kebersamaan di GBK kemarin adalah contoh Loyalitas dan Totalitas tanpa batas dalam mendukung tim kebanggaan.

Salam satu jiwa
BY Aremania Ngantang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

TERIMA KASIH TIMNAS INDONESIA



Kali ini memang bukan waktu Indonesia. Tapi Kami sebagai pemain ke-12 Indonesia, Kami Suporter Indonesia, tetap bangga, tetap semangat, Indonesia pasti Jaya pada waktunya. Laskar Merah Putih tetap Kami agungkan, Garuda tetap Didada Kami.Tak akan berpaling apapun hasilnya, karena kami Suporter Indonesia. Terima Kasih kepada seluruh jajaran dan pemain Timnas Indonesia yang telah memberi kontribusi disetiap laga. Terima Kasih kepada Opa Alfred Riedl yang telah melatih Timnas Kami hingga sukses sejauh ini. Terima Kasih untuk pemain terbaik AFF Suzuki Cup tahun ini, Kapten kita Firman Utina yang bertugas menjadi Jendral Lapangan Tengah yang baik. Terima Kasih kepada Bepe, Gonzales, Irfan, dan Yongki yang kerap kali serangannya membuat repot barisan pertahanan lawan. Terima Kasih kepada Markus yang untuk senantiasa menjaga Jala Kami dengan baik. Terima Kasih kepada Okto, Maman, Hamka, Zulkifli, M.Ridwan, dan Ahmad Bustomi yang begitu cantik permainannya malam ini. Terima Kasih kepada putra Banten, M.Nasuha yang menyumbangkan 1 golnya pada malam hari ini. Terima Kasih untuk Kami, Kalian, Laskar Garuda Sejati yang setia memberi dukungan dan semangat disaat Indonesia Jaya dan saat Indonesia terpuruk, Kami tetap ada. Terima Kasih untuk para Garuda Didadakan atas dukungan disaat Indonesia Menang dan caci maki disaat Indonesia kalah. Terima Kasih untuk ALLAH S.W.T, tanpa kehendak-Mu, semua ini takkan terjadi.
TERIMA KASIH TIMNAS INDONESIA, yang berhasil mempersatukan Kami kembali, mempersatukan jiwa-jiwa rakyat Bangsa Indonesia.
Yah, meskipun kekecewaan sangat Kami rasakan malam ini, namun Kami tau, Kalian (Timnas Indonesia) sudah berusaha sebaik mungkin, berusaha mati-matian demi Bangsa, Kami tau perjuangan Kalian yang begitu berat, Kami tau kekecewan yang Kalian rasakan disaat kekalahan. Namun Kami, Kami tetap cinta, Kami tetap bangga, Kami tetap dukung, Kami tetap semangat, untuk Kalian Timnas, dan Kalian untuk Kami, Bangsa Indonesia.
Yakinlah, 2012 nanti akan jadi milik Sang Garuda, milik Merah Putih, milik Indonesia.
Yakinlah, Garuda akan terbang tinggi mengepakkan lebar sayapnya, Merah Putih akan berkibar agung, Indonesia semakin Jaya.
Akhir kata, TERIMA KASIH TIMNAS INDONESIA, TERIMA KASIH SEMUA.

By. Nina Mutmaina on Wednesday, December 29, 2010 at 10:11pm

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Memaknai Hakikat Korwil Aremania


Dikirim oleh Try to be true Aremania
Sudah menjadi rahasia umum dan sangat ironis, bahwa peran korwil Aremania yang sudah ada selama ini sering menimbulkan permasalahan di kalangan Aremania sendiri. Dengan embel-embel pengurus salah satu korwil, oknum Aremania sering memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi sehingga sering terjadi benturan kepentingan antar Aremania.

Bahkan, premanisme sangat kental menyelimuti peranan korwil Aremania. Aremania yang berdomisili di Malang sudah sangat mahfum akan fenomena tersebut.

Aremania memang bisa menjadi senjata andalan yang bisa dimanfaatkan oleh seseorang untuk mencapai ambisinya di Malang Raya. Magnet Aremania mampu menghipnotis mayoritas masyarakat Malang Raya untuk membuat sebuah keputusan. Itulah alasan utama para oknum Aremania sering melakukan tindakan-tindakan yang tidak sepantasnya dengan memanfaatkan nama Aremania untuk kepentingan pribadi maupun golongan.
Oleh karena itulah, Aremania harus merapatkan kembali barisan agar tidak mudah dimanfaatkan oleh pihak manapun dan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk kemajuan Arema Indonesia.

Makna pendirian korwil Aremania adalah untuk memperkuat hubungan silaturahmi supporter, tim dan manajemen, sebagaimana ditegaskan oleh Siti Nurzanah, Direktur Bisnis PT. Arema Indonesia beberapa hari yang lalu. Selama ini, peran korwil Aremania yang paling nyata adalah distribusi tiket kepada para Aremania.

Adanya oknum-oknum Aremania yang tidak bertanggung jawab sering memanfaatkannya untuk menyalurkannya kepada para calo. Aremania yang sudah terdaftar menjadi anggota resmi suatu korwil pun tidak bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan tiket laga home dari korwilnya sendiri. Ditengah kesulitan untuk mendapatkan tiket tersebut, hampir di sepanjang jalan menuju stadion, kita semua bisa menjumpai nawak-nawak yang menggunakan atribut Aremania yang lengkap (sungguh tidak pantas atribut Aremania digunakan oleh orang-orang seperti mereka) berdiri di pinggir jalan dengan dihiasi senyum manis menawarkan tiket pertandingan home dengan persediaan yang relatif banyak dan harga yang lebih tinggi dibanding dengan harga yang tertera di tiket.

Siapakah mereka? Dari manakah mereka mendapatkan tiket tersebut? Pertanyaan tersebut sangat mudah untuk dijawab. Kita tidak memerlukan seorang auditor atau seorang intelijen untuk melakukan pemeriksaan guna menemukan jawabannya. Seorang siswa setingkat SLTP pun, ayas rasa mampu menemukan jawabannya.

Dalam tulisan ini, ayas tidak akan mengupas sisi negatif dari arti pendirian sebuah korwil yang sangat rentan dimanfaatkan oleh oknum-oknum Aremania. Tentunya di balik semua hal negatif tersebut, masih banyak sisi positif yang bisa kita optimalkan bersama demi kemajuan klub Arema Indonesia dan Aremania.

Pemikiran positif inilah yang harus selalu kita tanamkan dalam diri kita masing-masing untuk menghadapi segala sesuatu yang menimpa Arema Indonesia sehingga kita semua mampu menjadi supporter sejati yang tidak akan pernah menghujat siapa pun ketika klub mengalami kekalahan, tidak akan besar hati ketika meraih kemenangan, ikhlas memberi dukungan dalam kondisi apapun, mampu menyumbangkan alternatif solusi ketika klub mengalami suatu masalah, mampu menyebarkan virus-virus positif kepada Aremania dan supporter lain, serta yang terpenting adalah mampu menempatkan kepentingan Arema Indonesia dan Aremania di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Menurut ayas, dengan berdirinya suatu korwil Aremania akan sangat membantu tim manajemen PT. Arema Indonesia untuk mewujudkan program-program kerjanya. Hal ini merupakan konsekuensi Arema Indonesia untuk menjadi klub profesional karena segala hal yang berhubungan dengan Arema Indonesia selalu membutuhkan dukungan Aremania.

Ibaratnya seperti pengurus klub-klub plat merah yang harus memaparkan program-program kerjanya kepada para wakil rakyat karena nafas kehidupan klub tersebut sangat bergantung dengan persetujuan para wakil rakyat. Wakil rakyat pun sering membuat keputusan tanpa proses dengar pendapat dari rakyat yang diwakilinya sehingga jangan salahkan rakyat jika mereka tidak pernah ikhlas ketika mengeluarkan pajak karena untuk pajak tersebut harus dibayar dengan peluh keringat.

Berikut ini adalah berbagai peluang yang mungkin bisa diperankan oleh korwil-korwil Aremania demi kemajuan klub Arema Indonesia dan Aremania itu sendiri, yaitu:

1. Konsorsium Korwil Aremania

Sebagai mana dikutip oleh Malang Post, Pembina Yayasan Arema menyatakan ‘’Siapa pun saja yang mau mendukung Arema, atau siapapun Aremania yang mau menanam saham ditempat kita, tentu kita akan terbuka, karena Arema juga menawarkan saham pada teman-teman, atau siapa pun yang mau membantu. Tentunya dengan menanam hari ini, tidak bisa langsung mendapatkan keuntungan. Ini lebih untuk membantu agar perusahaan ini betul-betul berjalan, dan kita akan terbuka dalam manajemen keuangan’’.

Pernyataan tersebut merupakan peluang yang bisa dimanfaatkan oleh para Aremania untuk membantu pendanaan PT. Arema Indonesia. Jika kita sering menghujat manajemen yang sering telat membayar DP kontrak, gaji, bonus pemain dan pelatih karena keterbatasan dana, maka marilah kita bersama-sama memberikan sumbangsih nyata kepada manajemen dengan melakukan pembelian saham semampu kita baik secara individu maupun melalui korwil.

Jika kita merupakan individu Aremania yang diberi rezeki yang lebih, maka bisa membeli saham secara pribadi. Jika kita merupakan individu Aremania yang dikarunia rezeki yang cukup, maka mari kita bergabung dengan nawak-nawak Aremania yang lain untuk mengumpulkan dana tersebut untuk membeli saham.

Jika masing-masing korwil sudah mengumpulkan dana untuk membeli saham dan ternyata masih sedikit, maka marilah kita membentuk konsorsium korwil Aremania yang berperan mengumpulkan dana dari berbagai korwil. Jika memang dari konsorsium korwil Aremania pun masih terkumpul dana yang relatif masih kecil, maka itulah cerminan pribadi Aremania yang ada saat ini.

Sebagai supporter yang terkenal sangat fanatik, tentunya Aremania diharapkan mampu memberikan dukungan pendanaan yang maksimal demi kemajuan klub Arema Indonesia.

Sekarang, layak kita tunggu prosedur seperti apa yang akan dilempar oleh manajemen terkait dengan penawaran saham perdana kepada masyarakat, khususnya kepada Aremania. Parameter kualitas loyalitas seorang supporter terhadap klub kesayangannya adalah seberapa besar dukungan yang mampu ia berikan bukan seberapa besar yang ia tuntut dan harapkan.

2. Ticketing

Adanya wacana penerapan Harga Eceran Tertinggi (HET) tiket pertandingan kandang Arema Indonesia sebesar Rp. 5000,- yang direkomendasikan oleh korwil sebagaimana dilansir Malang Post merupakan sebuah solusi untuk memberantas para calo. Menurut ayas, solusi tersebut masih memiliki kelemahan.
Jika kita membeli tiket kepada seseorang yang harganya lebih besar Rp. 5000,- daripada harga yang tertera di tiket, maka uang sebesar Rp. 5000,- itu lari kemana?

Jika semua tiket pada setiap laga home yang dicetak manajemen selalu terjual seharga Rp. 5000,- di atas harga resmi, maka uang sebesar Rp. 2.782.050.000,- (asumsi: 32.730 tiket x Rp. 5000,- x 17 laga home ISL semusim) akan bisa dinikmati oleh orang lain dan ujung-ujungnya pihak Arema Indonesia yang dirugikan.

Uang sebesar itu tentunya bisa digunakan untuk mengcover biaya-biaya operasional klub. Kebocoran uang sebesar itu tentunya akan terus meningkat seiring keikutsertaan klub Arema Indonesia di berbagai ajang kompetisi dan tidak menutup kemungkinan akan semakin besar seiring keserakahan oknum-oknum menjual di atas HET ketika Arema Indonesia melawan tim-tim besar.
Sebagai Aremania, ayas sangat ikhlas jika harus membayar lebih mahal asalkan dipastikan masuk ke rekening manajemen Arema Indonesia. Komitmen korwil Aremania sangat dibutuhkan dalam hal ini.

Menurut ayas, korwil Aremania mampu menjadi agen tiket resmi yang membantu manajemen dalam mendistribusikan tiket kepada para Aremania dengan harga resmi sebagaimana tercantum dalam tiket.

Jika memang manajemen ingin menambah pemasukannya, maka menaikkan harga tiket yang rasional dan penambahan kapasitas stadion adalah solusi yang lebih baik. Tolong, jangan manfaatkan loyalitas kami kepada klub Arema Indonesia untuk kepentingan pribadi karena loyalitas kami lahir dari nurani yang suci.

3. Koperasi Usaha

Koperasi Unit Desa (KUD) merupakan program yang diluncurkan oleh pemerintah dalam memperkokoh perekonomian masyarakat yang akhir-akhir ini mulai terkikis dan digantikan oleh perusahaan-perusahaan raksasa dan menjamur di berbagai sendi kehidupan masyarakat.
Disadari atau tidak, perekonomian masyarakat kita mulai dilirik oleh negara lain yang berusaha mencari keuntungan sebesar-besarnya dari negara kita. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari perekonomian global. Bahkan, kegiatan sosial yang dilakukan oleh Perusahaan tersebut sangat minim dirasakan oleh masyarakat kita. Tidak heran sekarang muncul berbagai reaksi dari masyarakat menentang ekspansi besar-besaran perusahaan tersebut.

Premanisme di Malang Raya bisa dikategorikan relatif besar. Hampir setiap hari selalu ada perilaku kriminal yang terjadi di Malang Raya. Bahkan, sering kita jumpai berita-berita yang mengungkap bahwa alasan pelaku kriminal melakukan kriminalitas adalah untuk memperoleh uang demi menonton pertandingan Arema Indonesia.

Selain itu, juga kitas sering menjumpai banyaknya copet beratribut Arema Indonesia yang melakukan aksinya di stadion. Apapun yang melandasi perbuatan mereka, kalau kita analisis bersama, alasan utamanya adalah krisis moral dan krisis ekonomi.

Jika kita benar-benar menjiwai arti Aremania dan menggabungkannya dengan ilmu agama yang kita yakini, maka krisis moral tersebut mampu kita kendalikan. Jika krisis ekonomi yang menjadi alasan utamanya, maka kita semua perlu memberdayakan orang tersebut agar ekonominya lebih layak.

Melalui korwil Aremania ini, diharapkan muncul berbagai ide usaha yang bermanfaat bagi kita bersama. Dengan menggunakan filosofi usaha koperasi yang menguntungkan bagi seluruh anggotanya atau dengan bentuk usaha yang lainnya, diharapkan perekonomian Aremania akan lebih meningkat.

Tentunya dalam sebuah korwil pasti kita jumpai individu yang memiliki rezeki lebih dan kurang mampu. Sinergi melalui sebuah kerjasama bisnis diantara Aremania diharapkan mampu membantu bagi nawak-nawak Aremania yang kurang mampu secara ekonomi serta mempererat tali kebersamaan di antara Aremania.

Sebuah usaha bersama yang dijalankan oleh anggota korwil Aremania suatu wilayah akan memperkokoh perekonomian wilayah tersebut. Adanya dana menganggur dari manajemen PT. Arema Indonesia pun bisa disalurkan melalui unit usaha ini dengan bagi hasil yang saling menguntungkan.

Jika semua korwil menjalankan program ini, maka tidak hanya bermanfaat bagi sesama Aremania dan klub Arema Indonesia saja, tetapi juga akan bermanfaat bagi masyarakat lain dan bangsa ini.

4. Jaringan Usaha

Tersebarnya Aremania di berbagai penjuru dunia dan bergelut di berbagai bidang usaha, tentunya diharapkan mampu membangun sebuah jaringan bisnis yang kuat di antara Aremania.

Ayas yakin dengan kesuksesan Aremania di berbagai bidang memiliki korelasi positif terhadap kemajuan klub Arema Indonesia. Bukan tidak mungkin jika suatu saat kostum klub Arema Indonesia akan ditempeli berbagai perusahaan yang bersedia menjadi sponsor yang notabene pemilik perusahaan tersebut adalah para Aremania.

Masih banyak peluang yang bisa dioptimalkan dari pendirian sebuah korwil yang bisa kita kembangkan bersama. Tentunya nawak-nawak Aremania yang lain lebih paham dibandingkan dengan ayas.

Intinya, marilah kita perankan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadikan kita sebagai Aremania dengan akting terbaik yang bisa kita lakukan. Setiap individu memang memiliki suatu ambisi untuk menjadi yang terbaik di antara individu yang lain. Di dunia Aremania, marilah kita bersama-sama untuk menjadi yang terbaik tanpa harus memanfaatkan Aremania yang lain. Aremania itu ada dan akan selalu ada untuk Arema Indonesia selama-lamanya.

Salam satu jiwa, Arema Indonesia

sumber :http://tribunaremania.com/memaknai-hakikat-korwil-aremania/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Melihat Sejarah Aremania dan Bonex


Supporter – Dalam beberapa dekade terakhir, sudah menjadi keputusan yang lumrah dikeluarkan petugas keamanan dalam hal ini polisi untuk memblokade gelombang suporter sepakbola saat terjadi pertandingan super big match di Indonesia, khususnya suporter tim tamu.

Alasannya, untuk menjaga ketertiban, kelancaran dan keamanan pertandingan atau kota. Misalnya saja pertandingan Arema Vs Persebaya, Persebaya Vs Persela, Persija Vs Persib Bandung serta beberapa pertandingan penuh gengsi lainnya yang berlatar belakang kurang mengenakan bagi suporter kedua tim. Sudah jelas, pada partai-partai tersebut, suporter tim tamu akan mendapat himbauan keras agar tidak hadir di kota tim tuan rumah, apalagi sampai di stadion. Kalau tidak, jelas akan rawan aksi brutal atau anarkis yang sulit dikendalikan pihak keamanan. Apalagi, budaya dan tingkat kedewasaan suporter Indonesia terbilang masih sangat rendah dalam menerima hasil pertandingan yang berakhir pahit.

Tapi saya heran, pada beberapa pertandingan-pertandingan big match lainnya yang juga mempertemukan dua tim kuat, dengan dukungan suporter kedua tim yang juga terkenal fanatik, masih ada yang bisa happy ending alias lancar, tertib, damai bahkan jauh dari kesan anarkis.

Misalnya saja pertandingan Arema melawan Persela Lamongan, Arema melawan Persija dan Persebaya melawan Persik Kediri. Meski berlangsung keras, toh pertandingan tersebut bisa berjalan lancar tanpa ada kendala yang berarti. Bahkan, suporter kedua tim juga tampak damai, saling berangkulan di dalam stadion dalam mendukung tim kesayangannya.

Nah, hanya suporter yang memiliki tingkat kedewasaan tinggi saja yang ingin merubah budaya benci menjadi kedamaian. Dan saya lihat, sebenarnya semua suporter memiliki potensi itu. Potensi merubah budaya kebencian menjadi perdamaian.

Sebab sampai saat ini, pendukung Persebaya alias Bonek yang terkenal keras, bersama pendukung Persib alias Viking, Persekabpas alias Sakeramania dan Persikmania (pendukung Persik Kediri), masih tetap harmonis dan terjaga. Begitu juga Aremania bersama The Jak, LA Mania.

Memang, awal kebencian beberapa suporter dipicu akibat sejarah kelam kedua tim saat bertanding away sehingga berkesinambungan di laga-laga selanjutnya. Perlakuan yang kurang memiliki kesan damai, baik kepada tim maupun suporter, menjadi faktor aksi balas dendam.

Tapi kalau boleh jujur, saya juga sependapat dalam tulisan tentang “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim” oleh Oryza A. Wirawan pada tanggal 4 Januari lalu bahwa tidak ada manfaat lebih bagi daerah masing-masing dari perseteruan suporter jika kebanggaan itu berakhir dengan sifat yang destruktif.

Malahan, dalam hal ini klub sudah pasti akan merasa dirugikan akibat sanksi. Akibatnya, klub akan mengeluarkan anggaran lebih untuk membayar denda. Belum lagi, klub juga akan dikenai denda larangan main di kandang sendiri di laga selanjutnya atau bermain tanpa penonton. Tentunya, selain mengeluarkan biaya lebih, klub juga terancam tidak akan mendapat pemasukan dari hasil penjualan tiket penonton.

Nah, berkaca dari itu semua. Saya yakin, dari dalam hati semua suporter Indonesia yang paling dalam, juga memiliki cita-cita perdamaian, menghentikan perselisihan dengan melupakan sejarah kelam.

Dan untuk membuka lembaran baru sejarah perjalanan suporter Indonesia itu, momen yang paling tepat adalah pada laga super big match antara Persebaya melawan Arema Malang pada Sabtu (16/1/2010) lusa di Stadion Gelora 10 November.

Perdamaian kedua suporter yang terkenal tak akur selama ini, pantas menjadi tonggak kebangkitan suporter Indonesia. Bahkan, cukup layak menjadi catatan tinta emas sejarah sepakbola Indonesia. Dan dari kebangkitan ini, Insya Allah kedatangan suporter untuk mendampingi tim kesayangannya ke daerah lain, kedepan tidak akan diharamkan lagi.

Memang, mengkoordinir puluhan ribu massa tidak bisa seperti membalik telapak tangan. Apalagi di tingkat elemen terbawah yang memang sulit dikendalikan. Dan kali ini, saya ingin mengambil contoh dari apa yang sudah dilakukan beberapa suporter yang hingga kini masih bersahabat dan harmonis tanpa mengurangi kaidah-kaidah dalam tulisan “Ini Resep Mendamaikan Suporter Jatim”.

Ya, pada dasarnya. Bentuk silaturahmi dan perjamuan antar suporter menurut saya bisa melebur kebencian menjadi persaudaraan. Kita ambil contoh saja, ketika Bonek ke Bandung, mereka juga mendapat sambutan luar biasa dari suporter Bandung alias Viking, meski lawan yang dihadapi bukan tim kebanggaannya. Mulai lokasi menginap dan konsumsi juga disediakan selama mereka di Bandung. Dan itu juga terjadi sebaliknya saat Viking berada di Surabaya.

Nah, kalau bisa meniru hal itu, tidak mustahil pada laga Persebaya melawan Arema, Aremania bisa hadir di Gelora 10 November ataupun sebaliknya Bonek di Kanjuruhan.

Teknisnya pada langkah awal, kuota suporter yang hadir juga tidak boleh lebih dari 100 orang, mengingat kapasitas stadion dengan fanatisme penonton. Lalu, budaya menyambut kedatangan suporter yang telah terkoordinir hingga penjamuan di markas suporter tim tuan rumah bisa menjadi tradisi baru demi rasa persaudaraan.

Selain itu, hal ini juga bisa memberi kesan segan bagi suporter tamu jika mereka hendak berbuat ulah. Bahkan, ini juga melatih suporter mana pun agar selalu terkoordinir.

Kalaupun ada suporter yang tidak terkoordinir datang, sesuai kesepakatan, tidak akan ada jaminan keamanan bagi suporter yang dianggap liar. Bahkan, soal hal ini petugas keamanan bisa memulangkan jika terbukti bukan diantara 100 orang suporter seperti dalam kuota.

Nah, saya menyarankan, Bonek yang dulu terkenal dengan Bondo Nekat kini berganti Bondo dan Nekat, pantas disebut sebagai pelopor misi perdamaian ini jika bisa memberikan sambutan kepada Aremania yang ingin datang ke Surabaya dalam laga super big match nanti.

Tidak ada salahnya Bonek mengubur sejarah kelam demi meraih simpati saat akan datang ke Malang nanti pada laga away Persebaya. Mulai penyambutan sejak perbatasan masuk Kota Surabaya, penjamuan di markas Bonek hingga keberangkatan secara bersama-sama ke stadion akan menjadi pertunjukkan yang layak mendapat acungan empat jempol.

Di dalam stadion, selain hijau, juga ada biru. Nyanyian suporter pun saling sahut menyahut, tanpa ada unsur provokatif. Dan ini tentu saja tidak untuk Bonek saja, tapi saat Persebaya tandang ke Malang, Aremania juga wajib melakukan hal serupa. Istilahnya, bertamu harus ijin tuan rumah. Sebaliknya, sebagai tuan rumah, layak memberikan jamuan yang sepantasnya. Apalagi, dari segi geografis, Bonek dan Aremania adalah sama-sama suporter Jatim.

FIFA selalu mengkampanyekan sikap respect alias menghargai dalam setiap even dan pertandingan. Jadi, tidak ada salahnya kita juga bisa menghargai satu sama lain, khususnya sesama suporter.

Saya bukan Bonek dan saya juga bukan Aremania, tapi saya ingin melihat dua suporter paling fanatik di Indonesia ini bisa berdamai, duduk bersama dan menghijau-birukan stadion. Begitu juga dengan suporter lain, Aremania dan Sakeramania bersatu, Aremania dan Persikmania bersatu, Aremania dan Viking bersatu, Bonek dan LA mania bersatu, Bonek dan The Jak bersatu serta Viking dan The Jak bersatu.

Bahkan saya yakin, perdamaian Bonek dan Aremania dalam arti sesungguhnya, akan menjadi panutan suporter lain yang butuh banyak belajar dari Bonek dan Aremania. Damailah suporter Indonesia!.
[Reporter : M. Syafaruddin/beritajatim]

Sumber:http://www.supporter-indonesia.com/melihat-sejarah-bonekmania-dan-aremania.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

NONTON BOLA KISRUH, NONTON FILM PUN RUSUH....



“Kepercayaan you tu yang bikin you jadi musuhan...coba ngga’ ada kepercayaan, you semua aman-aman aja men..fanatisme itu bikin semua orang ugal-ugalan...”

Sepenggal kalimat yang ada di dalam film “kontroversi” menurut sebuah komunitas suporter sepakbola Indonesia. Romeo Juliet versi Indonesia yang beberapa minggu lalu premier di seluruh bioskop 21 di Indonesia seakan menjadi masalah baru dalam realita fanatisme sepakbola Indonesia yang begitu kuat. Film yang disutradarai oleh Andibachtiar Yusuf yang juga sutradara dari film dokumenter The Conductors itu mengisahkan kisah cinta adapatasi karya legendaris karya William Shakespeare dengan kemasan lokal Indonesia antara gambaran realita yang terjadi dengan cerita fiksi. Dan yang berbeda pula, film ini berlatar belakang tidak seperti Romeo Juliet aslinya dengan latar belakang sosial keluarga kaya raya, namun menggambarkan sepakbola sebagai latar belakangnya.




Menceritakan seorang suporter The Jakmania yang bernama Rangga, diperankan oleh Edo Borne jatuh cinta dengan seorang gadis pendukung Persib Bandung, bernama Desi, yang diperankan oleh Sissy Prescillia. Namun kisah cinta mereka tidak berjalan dengan apa yang diharapkannya, karena latar belakang fanatisme sepakbola yang berbeda dengan kedua kelompok suporter yang saling berseteru sejak lama, The Jakmania pendukung Persija Jakarta dengan Viking pendukung Persib Bandung. Di hati Rangga, dia cinta Persija sampai mati, dan tidak segan-segan melakukan kekerasan ketika ada yang membenci timnya, namun juga cinta kepada Desi. Begitu juga dengan Desi, sejak kecil dia hidup dalam komunitas kelompok suporter Viking. Apalagi kakaknya, Parman yang diperankan oleh Alex Komang merupakan salah satu sosok yang dituakan oleh kelompok suporter Viking.

Dari latar belakang yang berbeda dan saling menjunjung tinggi fanatisme kelompok suporter masing-masing, permasalahan pun timbul. Antara fanatisme terhadap tim sepakbola dengan rasa cinta keduanya yang berlatar belakang berbeda. Jika Rangga mencintai Desi, maka diapun juga akan mencintai timnya sampai kapanpun. Begitu juga sebaliknya, Desi pun juga tidak akan luntur cintanya kepada timnya sama seperti dia mencintai Rangga. Namun kenyataan berkata lain, bahwa kedua pihak memang tidak kenal kompromi. Mereka seakan dipisahkan atau dikotakkan ke dalam jurang yang berbeda dan tegas oleh fanatisme.

Realita yang terjadi bahwa memang fanatisme dalam suporter sepak bola Indonesia yang merupakan suporter dengan tingkat fanatik terhadap tim kebanggaannya yang sangat tinggi. Ibarat seperti darah yang mengalir di dalam tubuh seseorang, sangat melekat. Dan terkadang ketika rasa fanatisme itu berlebihan maka sama seperti kalimat yang ada di film Romeo Juliet, “fanatisme itu bikin semua orang ugal-ugalan..” ketika hal itu tidak terkontrol. Dan pada akhirnya akal sehat tidak serta merta dipakai yang berujung pada tindak kriminal, kerusuhan seperti yang selama ini kita lihat dalam wajah persepakbolaan tanah air kita. Yang seakan akan sulit untuk dihentikan atau paling tidak diminimalisir.

Dalam hal ini fenomena “kontroversi” film Romeo Juliet versi Indonesia sangatlah wajar. Ketika seseorang atau kelompok tertentu dengan fanatisme yang tinggi pada saat tertentu mereka akan bereaksi saat muncul kejadian atau hal-hal yang menurut mereka tidak semestinya atau secara riilnya menyinggung kefanatismean mereka. Terlebih dengan hal-hal yang menurut mereka sudah mengenai apa yang menjadi jati diri atau harga diri mereka. Seringkali hal-hal seperti ini terjadi, tentu masih ingat bagaimana film Perempuan Berkalung Surban sutradara Hanung Brahmantyo yang dianggap kontroversi oleh sebagaian kelompok muslim Indonesia atau film The Davinci Code yang lebih kontroversi karena beberapa negara menolaknya.

Sebenarnya yang menjadi permasalahan yang lebih dikhawatirkan dalam fenomena seperti ini dalam hal ini berkaitan dengan pemboikotan film Romeo Juliet adalah pada bagaimana pengaruh media dalam hal ini film, yang awal tujuan dibutanya merupakan media untuk memberikan harapan baru guna meminimalisir kerusuhan suporter malah menjadi sebuah permasalahan baru. Seperti pada kasus pemboikotan film ini yang berujung dengan aksi anarkis, ketika sutradara film Romeo Juliet Andibachtiar Yusuf didatangi oleh beberapa kelompok yang kontra dengan film ini di kawasan Bandung beberapa hari lalu seperti yang dilansir oleh beberapa berita.

Dari kejadian tersebut bukan tidak mungkin aksi kerusuhan tidak hanya terjadi dalam sebuah pertandingan sepakbola saja namun ketika sebuah karya kreatifitas seseorang yang seharusnya dapat diapresiasikan bersama-sama secara kreatif dan membangun tentunya akan menjadi hal yang sama, tidak ubahnya seperti kerusuhan di setiap pertandingan sepakbola. Media kreatifitas yang seharusnya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif, solusi untuk mengakhiri aksi anarkis dan bermusuhan malah menjadi api baru timbulnya perpecahan. Toh didalam film ini tidak hanya kekerasan yang memang realita kehidupan sepakbola Indonesia saat ini. Di dalam realita ini dapat ditunjukkan kepada masyarakat luas bahwa memang sudah sangat parahnya aksi anarkis yang begitu melekatnya pada suporter sepakbola Indonesia, inilah yang memang terjadi. Dan di sisi lain sebenarnya di dalam lubuk hati individu seorang suporter ada sikap lelah dan ingin untuk mengakhiri semua tindakan anarkis ini.

Namun sekali lagi, ketika berbicara tentang fanatisme memang seperti kita berbicara di atas bara api, sedikit kesalahan atau menyinggung ucapan maka rasa emosi, perpecahan yang timbul. Ketika ada sebuah kontoversi atau rasa ketidakpuasan rasanya patut untuk melakukan sebuah diskusi seperti pada kasus kontroversi film-film lainnya tidak seperti ketika kita atau para suporter menonton sepakbola, tidak puas dengan apa yang dilihat anarkislah yang dilakukan. Hal yang saya pikir benar dan setuju sekali, seperti juga apa yang dikatakan oleh Hevi Fauzan dalam sebuah situsnya bahwa dialog merupakan metode yang cocok untuk mencegah eksklusivitas kebudayaan. Dialog ini menuntut keterbukaan dan inklusivitas, bukan sastra prasangka dan eksklusivitas (Yasraf Amir Piliang, Sastra dan Estika Massa, Pikiran Rakyat). Itu hak mereka untuk menolak film tersebut, namun apakah tindakan pemboikotan adalah jalan yang benar dan pada akhirnya juga berujung dengan aksi anarkis. Boleh mereka menolak film Romeo Juliet diputar di Bandung, namun untuk masyarakat luas yang secara latar belakang dan sejarah tidak tahu perseteruan kedua kelompok suporter ini seperti terkena imbasnya, tidak sedikit masyarakat Bandung tanya dalam milis atau facebook kapan dan mengapa film Romeo Juliet diboikot. Hal ini seperti juga melakukan pembodohan dan mematikan kreatifitas seseorang dan masyarakat secara umum.
Disini kita cukup mengetahui gambaran realita yang terjadi dalam kelompok suporter Indonesia, meski itu tidak semuanya. Fanatisme buta dan tidak pada tempatnya seringkali membuat seseorang menjadi seperti kehilangan akal sehat. Terbukti dengan semakin seringnya aksi kerusuhan suporter di Indonesia. Akankah kita menjunjung tinggi fanatisme buta dan menempatkan fanatisme itu tidak pada tempatnya?... Kalaupun iya, maka sulit rasanya untuk kita khususnya suporter sepakbola Indonesia untuk mengimpikan kedamaian, meskipun tidak ada kambing hitam wasit, badan sepakbola, ataupun yang lainnya.


sumber :Oni Restu Aremania Jombang

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ngantang Indah

Ngantang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, Indonesia.

Ngantang adalah tempat dibangunnya waduk Selorejo oleh Jepang, yang dulunya adalah sebuah perkampungan dan kini dimanfaatkan sebagai tempat wisata dengan berbagai fasilitas penginapan atau tempat olahraga air. Ketika PON dituanrumahi oleh Jawa Timur, waduk tersebut digunakan untuk lomba ski air. Tempat tersebut ramai terutama ketika hari libur atau akhir pekan, cocok bagi para penghobi memancing atau penikmat ikan bakar maupun goreng. Di tengah waduk terdapat sebuah villa dan kebun jambu yang cukup luas. Di bagian barat waduk, terbentang Bukit Selokurung yang membentang dari utara ke selatan.

Ngantang berbatasan langsung dengan Kecamatan Kasembon, Kecamatan Pujon, Kota Batu, Kabupaten Mojokerto, dan Kabupaten Blitar. Bagian yang berbatasan dengan Kecamatan Kasembon Kasembon ditandai oleh Bukit Selokurung, lokasi makam Trunojoyo, seorang pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia. Bagian yang berbatasan dengan Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar, ditandai oleh Gunung Kawi.

Sumber: wikipedia

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengurus Managemen Bisnis

KETUA :Sam Benu
WAKIL :Bon-bon
SEKRETARIS :Seran Bagus
BENDAHARA :BUNDA HERNI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Susunan Pengurus Aremania Ngantang

KETUA :YUSTIAN GOMBAL
WAKIL :AGUNG MBANGIR
SEKRETARIS :RIDA AREMANITA
BENDAHARA :BUNDA HERNI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS